Kelompok remaja Taruk Weetebula mengadakan kegiatan “Chill & Chat” pada 12 November 2025 sebagai upaya menghadirkan kembali ruang kebersamaan bagi anggotanya. Kegiatan ini dirancang untuk menanggapi kerinduan para anggotanya untuk kembali berkumpul dan mengalami kebersamaan yang hangat. Di tengah kesibukan sehari-hari, momen perjumpaan yang akrab semakin sulit ditemukan. Karena itu, kegiatan ini diinisiasi sebagai ruang santai namun bermakna—tempat setiap orang boleh hadir apa adanya, saling mendengarkan, dan bertumbuh bersama.
Pendamping Taruk sekaligus ketua seksi kepemudaan Paroki Katedral Weetebula Dionisius Edi, menegaskan kepada anggota taruk yang hadir bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar ajang berkumpul. “‘Chill & Chat’ dimaksudkan sebagai ruang santai yang tetap berdampak. Kita berkumpul bersama , saling berbagi pengalaman, saling mendengarkan, dan belajar melihat karya Tuhan melalui kisah-kisah yang nyata diantara kita”.

Kegiatan dihadiri anggota Taruk dan sejumlah pendamping. Acara dibuka dengan bernyanyi bersama, dilanjutkan games yang dipandu oleh ibu Neldi Manulena untuk menciptakan suasana cair sebelum masuk ke sesi utama. Seusai kegiatan pembuka, Pak Dion menyampaikan tujuan program, yakni menyediakan wadah perjumpaan yang lebih terarah dan konsisten bagi anggota Taruk.
Sesi utama dipandu oleh Jeck Theedens, yang memulai dengan memaparkan kisah inspiratif motivator dunia Nick Vujicic, figur yang produktif meski terlahir tanpa tangan dan kaki. Jeck menjelaskan bahwa kisah tersebut dipilih karena relevan dengan dinamika kaum remaja yang acapkali merasa tidak cukup mampu atau kekurangan motivasi.
Usai pemaparan, peserta diminta untuk menyampaikan tanggapan melalui sesi sharing. Hil, Ketua Taruk, menyebut kisah Nick sebagai pengingat penting bagi kaum remaja untuk mensyukuri anugerah yang dimiliki. “Membayangkan hidup seperti Nick saja sulit. Saya bersyukur memiliki tubuh yang lengkap. Saya mengajak teman-teman agar memanfaatkan kemampuan yang ada dengan baik,” ujarnya.
Peserta lain, Juan, menyoroti kemampuan Nick dalam berkarya dan menulis buku meski tanpa anggota tubuh lengkap. Ia mengatakan bahwa ketekunan Nick menjadi motivasi bagi anggota Taruk untuk lebih menghargai potensi diri.
Jeck menutup sesi tersebut dengan menekankan tiga pesan utama dari kisah Nick: keteguhan menghadapi keterbatasan, dukungan keluarga yang konsisten, dan keyakinan akan karya Tuhan dalam setiap pribadi. Ia menambahkan bahwa ketiga hal ini relevan untuk perkembangan rohani maupun karakter remaja Taruk.

Kegiatan kemudian ditutup dengan doa bersama, memohon pendampingan Tuhan bagi setiap peserta dan perkembangan kelompok. Seusai doa, para anggota melanjutkan dengan makan bersama. Masing-masing membawa bekal sendiri, namun suasana saling berbagi menciptakan keakraban di antara peserta. Canda dan obrolan ringan mewarnai akhir kegiatan.
Pendamping menilai bahwa “Chill & Chat” mampu membuka ruang dialog dan refleksi yang selama ini dibutuhkan para anggota. Taruk berencana melanjutkan program tersebut sebagai agenda berkala untuk memperkuat relasi internal, membangun rasa syukur, serta meningkatkan motivasi kaum remaja dalam menghadapi tantangan hidup.

