23.2 C
Sumba
Wednesday, October 29, 2025
Media Resmi Keuskupan Weetebula

ROSARIO MISIONER DARI WEETEBULA UNTUK DUNIA

Must read

Frater Chiko Ate
Frater Chiko Atehttp://keuskupanweetebula.org
Sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Komsos Weetebula

Ratusan anak dan remaja Katolik Keuskupan Weetebula Sumba, menggelar Doa Rosario Misioner. Prosesi lilin yang khidmat ini menjadi pernyataan solidaritas anak dan  remaja Sumba bagi korban konflik global, sekaligus penanda dimulainya Bulan Misi Sedunia.

WEETEBULA, GEMA KAWULA, – Senja di Kota Weetebula, Sumba, Kamis (2/10), diselimuti cahaya lilin yang bersinar teduh. Ratusan anak dan remaja Katolik dari empat paroki di Keuskupan Weetebula berarakan perlahan, menggenggam Rosario Misioner. Lantunan doa Salam Maria dan Bapa Kami mereka menggema di sepanjang jalan, menciptakan suasana khidmat yang penuh harapan.

Kegiatan bertajuk Doa Rosario Misioner untuk Perdamaian Dunia ini diinisiasi oleh Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Weetebula. Peserta berasal dari kelompok Taruk, Sekami, dan Temu Minggu, mewakili empat paroki di Sumba. Prosesi dimulai dari Lapangan TK Sta. Theresia, bukan sekadar berjalan kaki, melainkan sebuah ziarah doa dan simbol solidaritas untuk dunia yang dilanda konflik.

Rute doa menyusuri beberapa titik strategis di pusat kota Weetebula, dengan ujud yang spesifik di setiap pemberhentian. Mereka memanjatkan doa bagi para pemimpin dunia, untuk anak-anak korban perang dan kekerasan, untuk anak-anak korban yang masih hidup, serta mendoakan para orang tua yang menyaksikan penderitaan anak mereka. Prosesi berakhir di Gereja Katedral Roh Kudus Weetebula, tempat ujud terakhir diperuntukkan bagi para tenaga kemanusiaan.

Pater Simon Tenda, CSsR, Direktur PUSPAS Keuskupan Weetebula, menjelaskan kegiatan ini selaras dengan Bulan Rosario sekaligus Bulan Misi Sedunia yang jatuh pada bulan Oktober, mengingatkan anak dan remaja untuk mewartakan kabar baik. Kegiatan ini adalah respons langsung terhadap kondisi global yang “kacau balau” akibat perang, di mana banyak anak menjadi korban. “Walaupun kita tidak bisa berbuat banyak secara fisik, dunia yang kacau ini bisa berubah dan perdamaian bisa terwujud jika kita bersatu dalam doa,” tegas Pater Simon.

Kegembiraan terpancar di wajah peserta muda. Aleyn, remaja TARUK dari Paroki Katedral Weetebula, mengaku bahagia bisa memperdalam iman dan melayani adik-adik SEKAMI. Senada, Atea Kasih berharap kegiatan ini terus diadakan setiap tahun.

Prosesi doa berakhir di dalam Katedral. Setelah doa penutup dan penumpangan tangan oleh RD. Into Anin—sebagai tanda berkat dan pengutusan—anak-anak dan remaja dipanggil untuk menjadi “misionaris kecil” di lingkungan mereka. Langkah-langkah kecil mereka malam itu meninggalkan jejak cahaya di jalanan Weetebula, mengirimkan pesan bahwa dari pulau kecil di Sumba, doa dan harapan bagi perdamaian dunia terus berkumandang.

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article