28.1 C
Sumba
Wednesday, October 29, 2025
Media Resmi Keuskupan Weetebula

Hari Rabu, Pekan Biasa XXIV PF. S. Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga GerejaWarna Liturgi: Hijau

Must read

Bacaan I: 1 Timotius 3:14-16

Sungguh agunglah rahasia iman kita.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Timotius:

Saudara terkasih, semuanya ini kutulis kepadamu, walaupun aku berharap segera dapat mengunjungi engkau. Maka, jika aku terlambat, engkau sudah tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, artinya jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.

Sungguh agunglah rahasia iman kita: Kristus, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh. Ia menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, dan diberitakan di antara para bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia diimani di dunia dan diangkat dalam kemuliaan.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2.3-4.5-6; R:2a

Agunglah karya Tuhan.

  • Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati,dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.Besar perbuatan-perbuatan Tuhan,layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
  • Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
  • Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya. Kekuatan perbuatan-Nya Ia tujukan kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka para bangsa.

Bait Pengantar Injil: Yoh 6:64b.69b

Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.

Bacaan Injil: Lukas 7:31-35

Hikmat Allah dibenarkan oleh orang yang menerimanya.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru, ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’

Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

Demikianlah sabda Tuhan.

RENUNGAN

Membuka Hati bagi Suara Allah

Perikop Injil hari ini dari Lukas 7:31–35 menampilkan Yesus yang menegur angkatan zaman-Nya. Ia mengibaratkan mereka seperti anak-anak yang bermain di pasar: ketika seruling ditiup, orang tidak menari; ketika nyanyian duka dilantunkan, orang tidak menangis. Gambaran ini memperlihatkan hati yang keras dan sulit digerakkan, selalu mencari alasan untuk menolak. Yohanes Pembaptis datang dengan seruan pertobatan yang keras, mereka menuduhnya kerasukan. Yesus datang dengan keramahan dan kasih, mereka menuduh-Nya tukang makan dan peminum. Pada akhirnya, Yesus menegaskan bahwa hikmat Allah hanya dapat dikenali oleh orang-orang yang mau membuka hati.

Kenyataan ini tidak jauh berbeda dengan dunia modern kita. Kita hidup di tengah masyarakat yang sering terlalu sibuk dengan diri sendiri. Banyak orang terjebak dalam kenyamanan pribadi, teknologi, hiburan, dan kesuksesan, sehingga telinga dan hati menjadi tumpul terhadap suara Allah maupun jeritan sesama. Kita terbiasa mengukur segala sesuatu dengan “apa untungnya bagiku”, bukan “apa artinya bagi orang lain.” Akibatnya, kita menutup diri, bahkan ketika Allah berbicara melalui peristiwa hidup atau melalui orang-orang kecil di sekitar kita.

Yesus menegaskan bahwa hikmat Allah tetap nyata dalam mereka yang mau membuka hati. Orang yang sederhana, jujur, dan peduli, justru mampu mengenali suara Allah, entah dalam seruan keras Yohanes, entah dalam kelembutan Yesus.

Hari ini, kita diajak untuk tidak menjadi generasi yang hanya berpikir tentang diri sendiri. Dunia membutuhkan orang-orang yang mau menari ketika mendengar seruling sukacita, yang mau menangis ketika mendengar ratapan penderitaan sesama. Dunia membutuhkan hati yang peka, yang tidak hanya sibuk dengan kepentingan pribadi, tetapi mau mendengarkan, merasakan, dan bertindak demi kebaikan bersama.

Semoga kita menjadi orang-orang yang tidak menutup diri pada pewartaan Allah, melainkan membuka hati, agar hikmat-Nya sungguh nyata dalam hidup kita dan dalam kepedulian kita terhadap sesama.

Doa

Ampunilah hati kami yang sering keras, sibuk dengan diri sendiri, dan tidak peka terhadap suara-Mu maupun jeritan sesama.
Bukalah mata dan telinga kami, agar kami mampu melihat dan mendengar kehadiran-Mu dalam setiap peristiwa hidup.
Lembutkan hati kami supaya mau menari bersama saat sukacita, dan berani menangis bersama mereka yang menderita.
Semoga hidup kami menjadi saluran hikmat-Mu, sehingga dunia dapat merasakan kasih-Mu melalui kepedulian kami. Demi Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article