Keuskupan Weetebula,-Uskup Weetebula memimpin misa pemberkatan rumah pastoran Kuasi Paroki Golu Sapi, Kamis, 28 Agustus 2025. Perayaan Ekaristi Kudus ini dihadiri puluhan imam, biarawan-biarawati, para donatur, serta umat dari berbagai stasi dan lingkungan di wilayah Kuasi Golu Sapi.
Prosesi misa berlangsung meriah sekaligus khidmat. Perarakan para imam menuju altar diiringi dengan tarian tradisional dan tabuhan gong gendang Sumba. Kehadiran umat yang memadati lokasi perayaan mencerminkan kerinduan besar akan kehadiran gembala di tengah mereka.
Dalam homilinya, Uskup mengajak umat menjadikan pastoran baru itu sebagai “rumah yang bercahaya”.

“Sebuah rumah harus bercahaya, tidak hanya karena lampu, tetapi karena wajah-wajah penghuninya yang selalu tersenyum dan tidak marah.
Hal ini selaras dengan ajaran bahwa Tuhan adalah kasih, dan agar Tuhan tinggal di dalam rumah, penghuninya harus saling mengasihi,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa hidup saling mengasihi bukan perkara mudah, tetapi justru tantangan bagi umat beriman. “Kita harus selalu berusaha untuk mengasihi. Dengan demikian, orang yang melihat dari luar akan melihat bahwa keluarga tersebut sungguh-sungguh menampilkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Kerinduan umat untuk mendengar pengumuman kenaikan status Kuasi Golu Sapi menjadi paroki sempat mencuat dalam perayaan itu. Namun, Uskup menyampaikan bahwa keputusan tersebut masih harus ditunda karena sejumlah pertimbangan. Sekilas, raut wajah umat tampak kecewa mendengar keputusan itu. Meski begitu, mereka tidak larut dalam suasana tersebut. Sebaliknya, umat tetap berusaha menunjukkan sukacita atas diberkatinya rumah pastoran baru yang mereka nantikan.
Dalam sambutannya, Pastor Paroki Kristus Raja Waimangura, Pater Mateus Selan, CSsR, mengungkapkan rasa bangganya sekaligus kejujuran hati. Ia menyebut Golu Sapi sebagai “anak” yang kini justru berhasil membangun pastoran paling megah di keuskupan, sementara pastoran gereja induk di Waimangura masih berupa bangunan sederhana berusia 58 tahun. “Saya merasa malu sebagai ibu, tetapi juga bahagia. Semoga suatu hari nanti anak-anak ini bisa memberikan mahar untuk ibu,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan umat.

Sementara itu, Pastor Kuasi Paroki Golu Sapi, Romo Emanuel Lezo PR (Romo Yoman), menyampaikan rasa syukurnya atas dukungan banyak pihak. Ia mengingat kembali perjuangan awal pembangunan pastoran yang hanya dimulai dengan dana Rp20 juta dan dorongan dari Uskup untuk menggalang dana. Setelah tiga tahun sepuluh bulan, pastoran megah itu akhirnya berdiri. “Kami berterima kasih kepada Bapak Uskup, para donatur, arsitek, tukang, dan panitia. Semoga pembangunan terus berlanjut, termasuk dapur dan gereja,” katanya.
Seusai misa, acara dilanjutkan dengan resepsi yang diwarnai sambutan, prosesi pengalungan, serta hiburan dari anak-anak SEKAMI. Umat pun larut dalam sukacita melalui acara goyang bersama yang menutup rangkaian perayaan.

