Praedicare Redemptionem

Latest Comments

No comments to show.

Imam Unio Weetebula Jalani Retret Tahunan

KOMSOS WEETEBULA, – Para imam Unio Keuskupan Weetebula memulai retret tahunan di Rumah Unio Weetebula pada Senin (8/9/2025). Retret yang akan berlangsung hingga 12 September ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman akan panggilan imamat dan memperbarui semangat pelayanan, khususnya dalam mengemban tugas menggembalakan umat.

Retret diawali dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Ketua Unio, Rm. Yakobus Lodo Mema, Pr. Dalam kotbahnya, Romo Jeck berfokus pada makna Kelahiran Santa Perawan Maria yang dirayakan pada hari itu. Ia menyampaikan bahwa kelahiran Maria adalah awal dari penggenapan janji keselamatan Allah. Beliau juga menegaskan menegaskan bahwa karya keselamatan Allah seringkali dimulai dari hal-hal yang sederhana, tersembunyi, dan dianggap tidak berarti oleh dunia. Ia mengajak para peserta retret untuk meneladani sikap proaktif Maria dalam menaati dan menanggapi kehendak Tuhan.

Sebagai pembimbing retret, Romo Gito Wiratmo, Pr. mengajak para imam untuk merenungkan tema “Pasce Oves Meas” atau “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Menurutnya, sabda Yesus ini merupakan mandat universal bagi para gembala umat.

Romo Gito menjelaskan bahwa retret ini berfokus pada kekayaan rohani yang terkandung dalam Presbyterorum Ordinis (PO) No. 6. Ia menguraikan lima nilai dasar imamat yang harus dihayati: Imamat sebagai partisipasi dalam kewibawaan Kristus, yang dibangun atas relasi mendalam dengan-Nya. Imamat sebagai kuasa rohani yang dijalankan untuk pembangunan Gereja, Tubuh Mistik Kristus. Imamat sebagai fungsi kenabian dan penggembalaan (profetik dan poimenik), untuk meneguhkan iman dan menegur umat dengan kesabaran. Imamat sebagai relasi dengan semua orang dengan penuh kemanusiaan. Imamat yang unggul dalam keutamaan hidup kristiani.

Ia menambahkan, tuntutan dasar penggembalaan imamat adalah menjadi “lebih dari sekadar” orang beriman Kristiani biasa. Hal ini wajar, sebab dalam tradisi budaya Indonesia, seorang imam dipandang sebagai pemimpin jemaat yang menjadi “figur panutan” atau inspirator. Oleh karena itu, seorang gembala umat mesti memiliki “keunggulan” dalam penghayatan hidup Katolik.

Romo Gito juga menegaskan bahwa imamat adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. “Kita selalu ‘sedang menjadi imam’ (We are always becoming a priest),” ucapnya. Ia menggambarkan imamat sebagai “sebuah seni menjalani hidup sebagai gembala dan kepala dalam Kristus”.

Romo Gito mengakhiri pengantar retret dengan harapan bahwa para imam unio akan menemukan peneguhan dan semangat yang diperbarui, sehingga mereka menjadi gembala yang “bersuka-cita dan berbuah bagi Gereja dan masyarakat”.

TAGS

CATEGORIES

Kabar Unio

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *