Profil Mgr. Dr. Edmund Woga CSsR
dari Hewokloang ke Weetebula
Di sebuah desa kecil bernama Hewokloang, Kabupaten Sikka, Flores, pada 17 November 1950, lahirlah seorang anak yang kelak akan menjadi gembala umat Katolik di Pulau Sumba. Anak itu diberi nama Edmund Woga. Sejak muda, Edmund sudah merasakan panggilan untuk hidup dalam pelayanan Gereja. Panggilan itu ia jawab dengan menempuh pendidikan di Seminari St. Yohannes Berchmans Todabelu, Mataloko, Ngada (1962–1969).
Setelah menamatkan seminari, ia bergabung dengan Kongregasi Redemptoris. Tahun 1969–1971 ia menjalani masa perkenalan Redemptoris sambil mengajar di SPG St. Alfonsius Weetebula. Kemudian ia melanjutkan studi filsafat dan teologi di Seminari Kentungan, Yogyakarta. Waktu studinya sempat diwarnai dengan tahun orientasi pastoral di Sumba (1974–1975), sebuah pengalaman yang mengikatkan dirinya dengan tanah Sumba untuk pertama kalinya.
Edmund ditahbiskan menjadi imam pada 29 November 1977 di Waingapu. Namun, perjalanan imamatnya justru semakin memperdalam komitmennya pada Kongregasi Redemptoris. Ia masuk novisiat, mengikrarkan kaul, dan pada 11 Juli 1980 di Elopada ia meneguhkan janjinya sebagai seorang Redemptoris.
Semangat belajarnya membawanya jauh dari tanah kelahiran. Pada awal 1980-an, ia melanjutkan pendidikan di Jerman: Licenciat Missiologi di Sankt Augustin, Bonn (1982–1984), kemudian Doktor Teologi Fundamental di Ludwig Maximilians Universität, München (1986–1992). Bekal akademis itu kelak menjadi fondasi penting ketika ia kembali ke tanah air.
Sekembalinya ke Indonesia, Edmund mengabdikan diri di dunia pendidikan imam dan teologi. Ia menjadi dosen di Fakultas Teologi Wedabhakti Kentungan, sekaligus Rektor Studentat Redemptoris (1993–2003). Dedikasinya dan wawasannya yang luas membuat ia terpilih menjadi Provinsial Redemptoris Indonesia (2002–2008). Pada masa transisi setelah Uskup Gerulfus Kherubim Pareira, SVD, dipindahkan ke Maumere, Edmund diminta menjadi Administrator Diosesan Keuskupan Weetebula (2008–2009).
Keputusan besar datang pada 4 April 2009, ketika Paus Benediktus XVI menunjuknya menjadi Uskup Keuskupan Weetebula. Penahbisannya berlangsung meriah pada 16 Juli 2009 di Seminari Sinar Buana, Weetebula. Sehari setelah itu, ia memimpin misa pontifikal perdananya di Katedral Weetebula. Ia memilih motto Praedicare Redemptionem — Mewartakan Penebusan — sebagai arah pelayanannya.
Sejak saat itu, Mgr. Edmund Woga dikenal sebagai gembala yang rendah hati, akademisi yang mumpuni, sekaligus sahabat bagi umatnya. Ia tidak hanya memberi perhatian pada urusan rohani, tetapi juga pada persoalan pendidikan, kemiskinan, dan pembangunan masyarakat Sumba. Pengalaman hidupnya—dari desa kecil di Flores, perantauan studi di Jerman, hingga kembali ke Sumba sebagai uskup—membentuk dirinya menjadi seorang pemimpin Gereja yang teguh, berbelarasa, dan berwawasan luas.

No responses yet